Translate
Jumat, 06 Juli 2012
Panji Semirang Cerita rakyat dari Jawa Timur
Tersebutlah sebuah kerajaan bernama Jenggala, dengan putra mahkotanya bernama Raden Inu Kertapati. Dia berwajah rupawan, badannya tegap, dan sangat ramah kepada siapa saja, tanpa memandang status dan jabatannya. Dia sudah bertunangan dengan Dewi Candra Kirana, putri Kerajaan Kediri.
Suatu waktu, Raden Inu Kertapati berangkat ke Kerajaan Kediri untuk menemui tunangannya. Rombongannya lengkap dengan perbekalan dan pengawal yang siap siaga.
Di tengah perjalanan, rombongan Raden Inu diberhentikan oleh gerombolan dari Negeri Asmarantaka yang dipimpin oleh Panji Semirang. Melihat ada orang yang menyuruhnya berhenti Raden Inu bersiap-siap seandainya harus bertempur. Akan tetapi gerombolan tersebut tidak menyerang mereka. Mereka hanya meminta Raden Inu untuk bertemu dengan pemimpinnya, Panji Semirang.
Tanpa rasa takut Raden Inu menemui Panji Semirang, yang menyambutnya dengan ramah, sehingga Raden Inu bertanya, “Rupanya engkau tidak seperti yang selama ini diceritakan orang-orang, wahai Panji Semirang?”. Panji Semirangpun mengatakan bahwa selama ini dia hanya mengundang rombongan untuk bertemu dengannya, siapa yang tidak berkenan, maka tidak dipaksa.
Akhirnya Raden Inu melanjutkan perjalanannya, setelah menceritakan bahwa dia sedang menuju Negeri Kediri, untuk menemui calon istrinya, Dewi Candra Kirana.
Radin Inu baru pertama kali bertemu dengan Panji Semirang. Namun selama pertemuan tersebut dia merasa seperti sudah mengenalnya sebelumnya, sehingga langsung merasa akrab. Hanya saja Raden Inu tidak dapat mengingat kapan dan di mana dia mengenal Panji Semirang. Setelah merasa cukup berbincang-bincang dengan Panji Semirang, Raden Inupun melanjutkan perjalanannya menuju Kediri.
Tiba di Kediri, rombongan Raden Inu disambut dengan meriah. Bahkan selir Raja Kediri bernama Dewi Liku yang memiliki putri bernama Dewi Ajeng ikut menyambut kehadiran Raden Inu Kertapati. Hanya saja Raden Inu tidak melihat kehadiran Dewi Candra Kirana. Ketika Raden Inu menanyakan keberadaan Dewi Candra Kirana, Dewi Ajeng mengatakan bahwa Dewi Candra Kirana menderita sakit ingatan dan sudah pergi lama dari kerajaan.
Mendengar keterangan kepergian Dewi Candra Kirana, Raden Inu kaget sekali sehingga jatuh pingsan. Iapun segera dibawa masuk ke dalam istana. Memanfaatkan kesempatan ini, dan dengan tipu muslihatnya, akhirnya Dewi Liku berhasil memperdaya Raja Kediri sehingga menikahkan Raden Inu Kertapati dengan Dewi Ajeng. Menjelang acara pernikahan ini segala macam persiapan diperintahkan oleh Raja Kediri, pesta yang sangat meriah.
Rupanya rencana jahat Dewi Liku tidak berhasil. Tiba-tiba terjadi kebakaran hebat yang menghancurkan seluruh persiapan pernikahan tersebut. Melihat kejadian tersebut, Raden Inu dan rombonganpun meninggalkan istana, dan setelah berada jauh dari istana, diapun tersadar dan teringat kembali dengan Dewi Candra Kirana, yang sangat mirip sekali dengan Panji Semirang. Dia berpikir bahwa bisa jadi Panji Semirang adalah Dewi Candra Kirana. Kemudian dia dan seluruh rombongannya menuju Negeri Asmarantaka, tempat Panji Semirang berada.
Rupanya Panji Semirang sudah meninggalkan negeri tersebut. Tanpa putus asa, Raden Inu mencari keberadaan Panji Semirang hingga akhirnya tibalah mereka di Negeri Gegelang, yang rajanya masih kerabat dari Raja Jenggala. Di Negeri Gegelang ini Radn Inu disambut dengan gembira. Rupanya, Negeri Gegelang sedang menghadapi kesulitan, yaitu sedang diganggu oleh gerombolan perampok yang dipimpin oleh Lasan dan Setegal. Akhirnya, Raden Inu Kertapati bersama-sama dengan pasukan dari Negeri Gegelang menghadapi para perampok. Raden Inu mengerahkan segenap kemampuannya menghadapi perampok tersebut, dan berhasil mengalahkannya hingga pimpinan perampok tersebut mati.
Pesta tujuh hari tujuh alam diadakan untuk menyambut kemenangan Raden Inu Kertapati dan pasukannya. Pada malam terakhir pesta tersebut Raja memanggil seorang ahli pantun, seorang pemuda bertubuh gemulai. Pantun yang dibawakannya berisi cerita perjalanan hidup Dewi Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati, hal yang membuat Raden Inu menjadi sangat penasaran sehingga akhirnya menyelediki siapa sebenarnya ahli pantun tersebut. Selidik punya selidik, rupa-rupanya ahli pantun tersebut memang adalah Panji Semirang alias Dewi Candra Kirana. Dewi Candra Kirana bercerita bahwa memang Dewi Liku yang membuatnya hilang ingatan hingga akhirnya keluar dari istana Daha. Dia disembuhkan oleh seorang pertapa yang memiliki kemampuan mengobati berbagai penyakit.
Setelah semua misteri terungkap jelas, akhirnya Raden Inu Kertapati kembali ke Negeri Jenggala untuk melangsungkan pernikahan meriah, dan menjadi sepasang suami istri yang hidup berbahagia.
Minggu, 10 Juni 2012
Cerita Kresna di India
Nama Kresna didapat dalam Regweda. Diceritakan, Kresna muncul sebagai anak Dewaki yang pandai dan bijaksana. Ada lagi nama Kresna, nama seorang resi anak laki-laki Wiswaka. Dewa besar bernama Kresna bersama sepuluh ribu pengikut melakukan pengrusakan, kemudian dikalahkan oleh Indra. Dalam syair Weda diceritakan limapuluh ribu Kresna terbunuh. Dalam mitologi India diceritakan Kresna adalah pahlawan paling cemerlang, dewa paling populer. Ia adalah awatara Wisnu yang kedelapan, bahkan dikatakan jelmaan Dewa Wisnu. Kresna juga dikenala dalam banyak legenda dan fable, hidup dalam cerita epos. Kresna ikut mengambil bagian dalam cerita Mahabharata. Cerita-cerita pendek banyak yang mengangkat Kresna sebagai dewa.
Cerita Kresna berkembang pula dalam cerita Hariwamsa. Dalam kitab purana lebih banyak ceritanya, terutama dalam Bhagawatapurana. Dalam kitab itu kisah hidup Kresna sejak awal diceritakan secara teriinci dan disenngi bnaayak orang. kenakalan sejak kanak-kanak, kesalahan dn cerita cinta masa remaja amat menarik. Cerita awal kehidupan Kresna merupakan ciptaan baru, sedang cerita yang berkaitan dengan tokoh Pandawa lebih banyak berkembang.
Kresna berasal dari suku Yadawa, keturunan Yadu, salah satu anak Yayati. Suku Yadawa hidup sebagai penggembala, tinggal ditepi sungsi Yamuna, di Windawana barat. Pada waktu itu berkuasalh Kamsa raja Boja, anak Ugrasena. Setelah mengusir ayahnya, Kamsa memerintah Matura dekat Wrindawana. Ugrasena mempunyai saudara laki-laki bernama Dewaka. Dewaka mempunyai anak perempuan bernama Dewaki. Dewaki kawin dengan Wasudewa anak Sura, keturunan Yadu.
Kisah kelahiran Kresna dimuat dalam kitab Wisnupurana dan Mahabharata. Diceritakan dewa Wisnu mencabut dua helai rambut putih dan hitam. Rambut itu dimasukkan dalam rahim Rohini dan Dewaki. Hamillah dua isteri Wasudewa itu. Rohini melahirkan Balarama, Dewaki melahirkan Kresna atau Kesawa. Wasudewa adalah saudara Kunti isteri Pandu. Maka Kresna adalah saudara sepupu tiga saudara Pandawa.
Kresna anak periang dan besar di antara gembala. Kekuatan bahunya terkenal di tiga dunia. Ia membunuh raja Haya yang tinggal di hutan Yamuna, membunuh Danawa berwujud banteng dahsyat yang menakutkan, membunuh Pralambang, Naraka, Yamba, Pita, Asura dan Muru. Ia membunuh Kamsa yang dibnatu oleh Jarasanda. Bersama Balarama ia menghancurkan Sunaman saudara Kamsa dan raja Surasena. Kresna menang dalam sayembara bagi anak perempuan raja Gandara, mengalahkan Jarasanda, Sisupala, Samba dan menguasai kota para Ditya di tepi laut. Ia mengalahkan suku Angga dan Bangga. Di dasar laut ia megalahkan Waruna, di dasar bumi ia mengalahkan Pancajana dan memperoleh kerang Pancajanya. Bersama Arjuna memadamkan kemarahan Agni di hutan Kandawa dan memperoleh sanjata cakra. Ia mengacau Amarawati dengan kendaraan garuda, mengacau kota Indra dan melarikan Parijata.
Kresna manaklukana raja Boja dan melarikan Rukmini, kemudian diperistrinya. Ia menghancurkan orang-orang Gandara, mengalahkan anak Nagnajit dan membebaskan raja Sudarsana dari tahanan musuh. Ia membunuh Pandya dengan kepingan daun pintu, menghancurkan orang-orang Kalingga di Dantakura.
Kresna berhasil memulihkan kota Benares yang habis terbakar. Ia membunuh Ekalawya raja Nisada dan iblis Jamba. Bersama Balarama ia menaklukan raja Sunaman anak Ugrasena, kemudian menyerahkan kerajaan Mathura kepada Ugrasena. A menaklukan kota Sauba dan raja Salwa, dan memperoleh senjata Satagni yang sakti.
Kresna menolong Indra untuk mengalahkan Naraka yang melarikan anting-anting permata milik Aditi dan dibawa ke Pragjotrisna. Kresna berhasil menewaskan Muru dan Oga, kemudian Naraka. Anting-anting permata berhasil direbut kembali dari tangan Naraka.
Kresna adalah bangsawan Dwaraka, hadir dalm sayembara Drauoadi. Ia membantu memberi jawaban sayembara, sehingga Draupadi dapat diboyong oleh Arjuna.
Ketika Pandaw menguasai Indraprastha Kresna mengunjungi mereka dan ikut berburu ke hutan Kandawa. Di hutan itu Kresna dan Arjuna memihak Agni yang ingin membakar hutan. Tetapi dihalang-halangi oleh Indra. Agni memberi Cakra dengan nama Wajranaba dan gada bernama Kaumodaki. Indra dapat dikalahkan, Agni membakar hutan Kandawa.
Ketika Arjuna berkunjung ke Dwaraka diterima oleh Kresna dengan gembira. Pada waktu itu Arjuna jatuh cinta pada Subhadra, adik Kresna. Kresna menyetujui percintaan Subhadra dan Arjuna, tetapi Balarama menolak maksud Arjuna memperistri Subhadra.
Ketika Yudhisthira ingin menyelenggarakan upacara korban Rajasuya, Kresna menyarnkan agar ia menaklukan Jarasanda raja Magada. Jarasanda diserang dan tewas. Tindakan itu dilakukan sebagai balasan ketika Kresna dipaksa meninggalkan Mathur dan pindah ke Dwaraka. Kresna menghadiri upacara korban Rajasuya, ditempat itu bertemu Sisupala yang istrinya telah dilarikan oleh Kresna. Sisupala menghina dan bersikap keras. Kresna berang, Sisupala di cakra, putus kepalanya.
Tragedi Bangsa Yadawa (Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna)
Kresna menghadiri perjudian antara Yudhistira dengan keluarga Korawa. Ketika Draupadi dipertaruhkan dan kalah, ia ditarik oleh Duhsasana masuk ke balai agung. Duhsasana melucuti pakaian Draupadi, tetapi Kresna segera menggantikan pakaian yang dilepas itu. Karena kalah berjudi, Pandawa dibuang ke hutan. Setelah berakhir masa pembuangan bagi para Pandawa, Kresna hadir dalam perundingan dan menganjurkan penyelesaian secara damai. Kresna kembali ke Dwaraka, Arjuna dan Duryodhana mengikutinya. Masing-masing berusaha untuk menarik Kresna agar berpihak kepadanya. Kresna menolak ajakan mereka, ia tidak akan aktip dalam perang yang mungkin terjadi, sebab ia mempunyai hubungan saudara terhadap mereka. Ia mengajukan usul, agar mereka memilih antara pribadinya sebagai pendamping dan penggunaan pasukan perangnya. Pada waktu perundingan, Arjuna lebih dahulu datang, dan memilih Kresna. Raja Duryodhana dengan gembira memilih pasukan perang. Kelak Kresna menjadi sais Arjuna di medan perang.
Atas permintaan Pandawa, Kresna diminta pergi ke Hastina sebagai penengah, tetapi usaha Kresna tidak berhasil. Terpaksa mereka melakukan persiapan perang. Sebelum perang besar, Kresna bertindak sebagai sais kereta perang, ia menyampaikan sanjak suci Bhagawadgita.
Kresna amat berjasa dalam perang besar itu. Dua kesempatan Kresna menyarankan pada Pandawa. Ia membisikan kebohongan, agar Yudhistira membuyarkan keperkasaan Drona. Bhima disuruh menghancurkan paha Duryodhana. Setelah berpesan Kresna pergi ke Hastina menghadiri upacara korban Aswameda. Di Dwaraka Kresna mengumumkan larangan minum anggur. Kemudian bermunculan pertanda dahsyat dan menakutkan di seluruh masyarakat Dwaraka. Kresna menyuruh agar orang-orang pergi ke pantai daerah Prabasa, mohon agar dewa tidak marah. Mereka diijinkan minum anggur, tetapi hanya sehari. Mereka bermabuk-mabukan, akibatnya Pradyumna tewas bersama semua perwira Yadawa. Balarama bebas dari kemelut itu, kemudian meninggal dengan tenang di bawah sebatang pohon. Kresna terbunuh secara tidak sengaja oleh pemburu bernama Jaras. Kresna disangka rusa, lalau dipanah oleh pemburu itu. Arjuna pergi ke Dwaraka dan menyelenggarakan upacara berkabung bagi Kresna. Istri Kresna membakar diri di padang Kuruksetra.
Sumber cerita lain menceritakan Kresna sebagai berikut: Beberapa bagian cerita Mahabharata menempatkan tokoh Kresna di bawah Mahadewa Siwah. Kresna sebagai pemuja Siwah, maka diperoleh berbagai hadiah dari Siwah dan Uma.
Kisah hidup Kresna yang terkenal terutama pada masa kanak-kanak dan masa remaja. Banyak diungkapkan dalam kitab Purana.
Ramalan Narada dikatakan kepada Kamsa, bahwa kelak akan lahir anak laki-laki dari Dewaki, kemudian akan menghancurkan dan menaklukan kerajaan Kamsa. Untuk mencegah bahaya itu Kamsa menahan Dewaki di istananya. Dewaki adalah anak perempuan saudara laki-laki Kamsa. Enam anak yang dilahirkan Dewaki dibunuh oleh Kamsa. Pada kehamilan yang ke tujuh bayi itu inkarnasi Wisnu, dan secara luar biasa dipindahkan dari kandungan Dewaki ke kandungan Rohini istri ke dua Wasudewa. Bayi yang lahir diberi nama Kresna. Bayi itu mempunyai seuntai rambut aneh tumbuh di dada. Para dewa berusaha menyelamatkan bayi luar biasa itu. Para penjaga istana diguna-guna sehingga tertidur, kancing pintu dilepas, Wasudewa mendukung bayi dibawa lari ke Mathura. Mereka sampai di tepi sungai Yamuna, menyeberang ke rumah Nanda. Nanda itu seorang gembala, isterinya bernama Yasoda. Pada malam itu juga Yasoda baru melahirkan bayi perempuan. Wasudewa menukarkan bayi Balarama dan Kresna dengan bayi Yasoda. Bayi Yasoda diserahkan kepada Dewaki. Kamsa tahu tipu muslihat Wasudewa, lalu menyuruh agar setiap bayi luar biasa dibunuhnya. Wasudewa dan Dewaki dilepas dari istana, karena dianggap tidak berbahaya lagi.
Nanda membawa bayi bersama Yasoda, Rohini, dan Balarama pergi ke Gokula. Di tempat itu Balarama dan Kresna menjadi dewasa.
Sejak kanak-kanak sampai masa dewasa dua anak itu gemar bermain dan bercanda. Kekuatan mereka sangat menakjubkan, namanya menjadi terkenal.
Kamsa selalu berusaha mencari kematian Kresna. Iblis betina bernama Putana beralih rupa menjadi perempuan cantik, ia ditugaskan untuk membunuh Kresna. Putana berhasil menemui pengasuh Kresna dan menjadi inang pengasuh. Sewaktu Putana menyusui Kresna, anak itu kuat-kuat menghisap air susu, sehingga Putana tewas. Iblis lain berusaha untuk menggilas dengan pedati, pedati ditendang, hancur berantakan. Iblis bernama Triwarata beralih rupa menjadi angin pusar, terbang membawa Kresna. Kresna memaksa angin kembali ke daratan dengan keras, iblis menjadi hancur dan tewas.
Pada suatu hari Kresna memecahkan tempayan berisi susu dan keju. Susu dan keju habis dimakannya. Yasoda marah besar, Kresna diikat dengan seutas tali pada sebuah tempayan besar. Kresna menarik tempayan itu, tali pengikat menyangkut dua pohon besar. Tumbanglah pohon itu bersama akar-akarnya. Orang-orang menyebut Kresna dengan nama Damodhara.
Sang Petualang (Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna)
Kresna pernah berkelahi dengan ular besar Kaliya yang tinggal di sungai Yamuna. Ular tersebut dipaksa pergi dari sungai tersebut.
Pada waktu para gadis pemerah susu sedang mandi, Kresna melarikan pakaian mereka, lalu memanjat pohon. Dengan telanjang gadis-gadis itu mengejar dan merebut pakaian mereka.
Kresna membujuk agar Nanda dan para gembala berhenti memuja Indra, mereka disuruh memuja gunung Gowardana. Kresna mengangkat gunung Gowardana dan ditopang dengan jari tangannya, kemudian untuk berlindung selama tujuh hari. Karena kehebatannya itu Kresna mendapat sebutan Gowardanadhara dan Tungisa. Sebagai pelindung lembu, Indra menyatakan puas hati, lalu memberi sebutan Upendra.
Pada waktu Kresna menginjak masa dewasa, para gadis penggembala jatuh cinta kepadanya. Ia mengawini tujuh atau delapan di antara mereka., tetapi isteri yang pertama dan sangat disayangi hanyalah Rada. Pada masa kehidupannya itu Kresna digambarkan dengan rambut berombak, sebuah seruling ditangannya. Salah satu acara pengisi waktu Kresna sering menari bersama Rada, para gadis lain ikut menari di sekelilingnya. Tarian itu bernama Mandalanritya atau Rasamandala.
Kamsa selalu mengirimkan iblis untuk mengganggu Kresna. Pernah disuruhnya Arista dan Kesin dalam wujud banteng dan kuda untuk membunuh Kresna. Setelah usaha Kamsa gagal, Balarama dan Kresna diundang supaya datang ke Mathura untuk menghadiri beberapa acara pertandingan. Kamsa telah bersiap-siap untuk menghancurkannya. Balarama dan Krersna menerima undangan itu, lalu pergi ke Mathura. Sampai di batas kota mereka berjumpa tukang cuci abdi Kamsa. Cucian ditumpahkan, Balarama dan Kresna dicacimaki. Tukang cuci dibunuh, pakaian yang baik diambil lalu dipakainya.
Kresna berjumpa Kubya, gadis bungkuk yang membawa minyak jebad. Gadis itu dibuatnya dapat berdiri tegak.
Balarama dan Kresna menghadiri upacara pertandingan. Kresna membunuh Chamura pendekar raja Mathura. Kemudian berhasil membunuh Kamsa. Ugrasena diminta naik tahta kembali. Kresna tinggal di Mathura belajar seni berperang kepada Sandipani.
Kresna pergi ke neraka menjemput enam saudaranya yang dibunuh oleh Kamsa sewaktu masih bayi. Bayi-bayi itu setelah menikmati susu ibu, lalu naik ke nirwana.
Kresna pernah membunuh iblis bernama Pancajana yang menyerang anak gurunya. Iblis itu tinggal di laut dalam wujud kerang. Kresna menggunakan kerang untuk terompet dan diberi nama Pancajanya.
Kedua isteri Kamsa adalah anak perempuan Jarasanda raja Magada. Raja Magada itu mengumpulkam pasukan untuk menyerang Mathura, tetapi dapat dikalahkan oleh Kresna. Delapanbelas kali raja Magada berusaha untuk membunuh Kresna, tetapi tidak pernah berhasil. Raja itu dapat dikalahkan oleh Kresna.
Musuh baru bernama Kalayawana mengancam Kresna. Kresna merasa tidak mampu, lalu pindah ke Guzarat dan membangun kota Dwaraka. Selama bermukim di Dwaraka, Kresna melarikan Rukmini dan memperisterinya. Rukmini anak raja Widarba itu telah ditunangkan dengan Sisupala. Kisah lain yang menceritakan perkawinan Kresna. Seorang perwira Yadawa bernama Satrajit mempunyai permata indah bernama Syamantaka. Kresna sangat mencintainya. Pengawasan permata itu diserahkan kepada Prasena. Tetapi Prasena kemudian meninggal karena seekor singa hutan. Singa dibunuh oleh Jambawat raja beruang. Satrajit mendakwa Kresna melarikan permata. Untuk membersihkan diri Kresna masuk ke hutan untuk menyelidiki kematian Prasena. Kresna bertemu Jambawat dan berhasil merebut permata. Kemudian Kresna memperistri Jambawati anak perempuan Jambawat, dan juga memperisteri Satyaboma anak Satrajit.
Kresna mempunyai isteri 16.000 lebih dan beranak 180.000 anak laki-laki. Dari Rukmini lahir anak laki-laki bernama Pradyumna dan anak perempuan bernama Carumati. Perkawinannya dengan Jambawati beranak Samba, dengan Satyaboma beranak sepuluh anak laki-laki.
Indra datang kepada Kresna minta bantuan untuk menumpas iblis Naraka. Kresna bersedia, lalu pergi ke kerajaan Naraka. Mula-mula berhasil membunuh iblis Muru penjaga kota, kemudian membunuh Naraka.
Kresna berkunjung ke istana Indra bersama Satyaboma, atas usul Satyaboma, Kresna mencabut pohon Parijata yang termashur, berasal dari buih air laut. Pohon itu Saci isteri Indra. Saci mengadu kepada Indra. Indra menyusun kekuatan untuk merebut pohon itu, tetapi tidak berhasil, bahkan kalah melawan Kresna.
Pradyumna mendapatkan anak laki-laki bernama Arimuda. Arimuda dicintai oleh Usa anak Bana. Usa minta bantuan sahabatnya untuk melarikan Arimuda dan Kresna. Balarama dan Pradyumna berusaha menyelamatkannya. Bana dibantu Siwa dan Skanda menghadang mereka. Kresna dengan senjata bius membuat Siwa menjadi lengah. Siwa berhasil dikalahkannya. Skanda cedera, Bana bertempur dengan gigih, akhirnya luka parah. Atas permintaan Siwa, Bana diampuninya, Arimuda dilepaskannya.
Panudraka adalah laki-laki keturunan tokoh bernama Wasudewa. Karena ia keturunan Wasudewa yang sama nama dengan ayah Kresna, lalu membuat lambang-lambang Kresna. Ia bersekutu dengan raja Kasi atau Benares. Kresna membunuh Panudraka dan meluncurkan senjata cakra yang bernyala-nyala untuk membinasakan negara Kasi.
Kresna sungguh terkenal dan mempunyai banyak sebutan atas hubungan keluarga, petualangan dan watak pribadinya.
Kresna dalam Kesastraan Jawa Kuna (Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna)
Cerita kelahiran dan masa remaja Kresna dimuat dalam kakawin Kangsa (Naskah Kirtya No. 844) Basudewa raja Mathura menguasai bangsa Yadu, Wresni dan Andhaka. Basudewa mempunyai saudara nak-sanak bernama Kangsa yang lahir dari rasaksi Pragamini, keturunan Lawana. Setelah menjadi raja Kangsa amat kejam, menindas bangsa Yadu. Wisnu menjelma lewat Dewaki atau Raiwati isteri kedua Basudewa, Basuki lewat Rohini isteri Basudewa yang pertama. Cerita dalam kakawin Kangsa atau Kresnandaka selanjutnya menceritakan kehidupan Kresna pada masa kecil dan remaja. Kangsa menerima ramalan Narada, bahwa kelak Kangsa akan mendapat musibah yang berasal dari anak yang sekarang masih dalam kandungan. Kangsa percaya akan ramalan Narada itu, lalu menyuruh semua perempuan yang sedang mengandung harus dibunuhnya. Isteri Basudewa yang sedang mengandung dapat diselamatkan sehingga mereka tidak terbunuh.
Dua isteri Basudewa melahirkan anak. Rohini lebih dahulu melahirkan Baladewa, kemudian Dewaki melahirkan Kresna. Kangsa selalu ingat ramalan Narada, maka ia berusaha membunuh Kresna dan Baladewa. Kangsa menugaskan raksasi Nanakotana untuk berhias seperti manusia cantik, dan supaya menjadi inang di Mathura. Inang itu supaya berusaha membunuh Kresna dengan menyusukannya pada buah dadanya yang sudah dioles dengan bisa. Ketika menyusui inang itu digigit susunya oleh Kresna, dan mati seketika.
Wahru mengetahui usaha Kangsa yang amat kejam itu. Isteri Basudewa dan dua anaknya diungsikan ke Gobraja daerah Magadha, dititipkan kepada Antagupta dan Ayaswadha. Peternak lembu itu memelihara Baladewa dan Kresna dengan rasa cinta kasih seperti anaknya sendiri. Sepuluh tahun di Magadha dua anak itu tumbuh menjadi remaja yang sakti, tampan dan menarik banyak anak.
Kangsa ingat ramalan Narada, lalu menaklukkan Magadha yang dikuasai bangsa Yadu. Ia berusaha menemukan anak Basudewa yang telah lama bersembunyi, lalu akan mengadakan adu raksasa melawan bangsa Yadu di Magadha.
Basudewa mengutus Wabhru agar datang ke Gobraja, memberi tahu kepada Antagupta tentang usaha Kangsa. Kresna dan Baladewa tahu rencana pertandingan di Magadha itu. Mereka berdua ingin melihatnya. Antagupta melarang, tetapi mereka bersikeras untuk datang menyaksikan pertandingan itu. Mereka meninggalkan Gobraja menuju ke kerajaan Magadha. Perjalanan mereka diserang buaya. Buaya berhasil dibunuh oleh Kresna, kemudian berubah menjadi bidadari. Bidadari itu bernama Puspakindama, ia merasa diruwat, lalu menyampaikan rasa terima kasih, dan menyerahkan Cakra Sudarsana kepada Kresna. Setelah menerima senjata mereka meneruskan perjalanan. Sewaktu menyeberang sungai Saraswati mereka diserang ular naga. Ular naga berhasil dibunuh oleh Baladewa. Ular naga mati dibawa arus sungai. Kemudian naga itu kembali datang, mengaku utusan Anantabhoga, bernama Jambuwana, menyerahkan senjata dahsyat bernama Langghyala. Baladewa menerima senjata. Mereka berdua meneruskan perjalanan ke Magadha.
Selama menyusuri kota Magadha, Kresna menyembuhkan wanita bongkok menjadi tegak. Wanita itu bernama Samantara, abdi Wabhru. Kedatangan Baladewa dan Kresna diserang oleh raksasa, tetapi semua raksasa dapat dikalahkannya. Mereka berdua menyusup di kelompok orang-orang Yadu.Basudewa dan Wabhru gembira melihat kehadiran Kresna dan Baladewa. Kresna dan Baladewa berhasil membunuh sejumlah besar raksasa. Kangsa mengamuk, tetapi akhirnya mati terbunuh oleh senjata Cakra. Semua raksasa dimusnahkan oleh Kresana dan Baladewa. Para dewa ikut bergembira. Indra datang ke Magadha, menghidupkan orang-orang Yadu yang mati dibunuh oleh prajurit Kangsa (sumber bacaan: Naskah Kakawin Kangsa atau Kresnandhaka, naskah Kirtya Singaraja nomor 844).
Cerita Kresnayana karangan Mpu Triguna, berisi perkawinan Kresna dan Rukmini. Rukmini anak Bismaka raja Kundina hendak dikawinkan dengan Suniti raja Cedi. Perkawinan itu atas persetujuan raja Bismaka, tetapi Prthukirti ibu Rukmini, menginginkan bermenantu Kresna raja Dwarawati, kemenakan Prthukirti sendiri. Pada malam menjelang hari perkawinan Kresna dengan bantuan ibu Rukmini dan abdinya, serta kesiapan prajurit Yadu dan Wrsni yang dipimpin oleh Baladewa, Kresna berhasil mengalahkan raja Cedi dan prajuritnya, serta menaklukan Rukma kakak Rukmini, Kresna kawin dengan Rukmini dan diboyong ke Dwarawati. Perkawinan mereka dianugerahi anak bernama Pradyumna.
Cerita perkawinan Kresna dengan Rukmini juga dimuat dalam cerita Hariwangsa karangan Mpu Panuluh. (Sumber Bacaan: 1. Kakawin Kresnayana karangan Empu Triguna, naskah Leiden LOR 8393. 2. Kakawin Hariwangsa karangan Mpu Panuluh, naskah Kirtya No. 721. 3. Kalangwan karangan PJ.Zoetmulder h.317-323 dan h. 355-362)
Dalam cerita Adiparwa disebutkan, bahwa Kresna adalah penjelmaan Sang Hyang Aditya, Baladewa penjelmaan Sang Hyang Wasuki. Pradyumna anak Kresna, penjelmaan Sang Hyang Smara (adiparwa h. 64)
Dalam beberapa bagian cerita Adiparwa menceritakan keakraban persaudaraan Kresna dengan Pandhawa. Pertemuan Kresna dengan Pandhawa sejak Arjuna memperoleh Drupadi melalui sayembara. Kresna dan Baladewa menemui Yudhisthira, dan mengaku, bahwa mereka masih saudara sepupu. Sebab Kunthi itu adik Basudewa. Semula Kresna mendengar berita kematian Pandhawa karena terbakar atas tipu muslihat Duryodana. Tiba-tiba ia melihat orang sakti memenangkan sayembara. Kesaktian Arjuna menjadi penyebab Kresna tahu, bahwa Pandhawa masih hidup. Maka Kresna dan Baladewa membuktikan perkiraannya, ternyata benar. Mereka menemui dan menyatakan kegembiraannya. (Adiparwa h. 181-182). Kemudian pada hari persiapan perkawinan Drupadi dan Pandhawa, Kresna datang lagi menyerahkan pesumbang berupa emas manikam, kain indah, gajah dan kuda (Adiparwa h.187)
Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna
Ketika Arjuna menggembara di hutan bertemu dengan Kresna di gunung Raiwataka. Mereka menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh golongan Yadu, seraya mendengarkan kemerduan suara gamelan. Dalam pesta itu Arjuna melihat Subhadra adik Baladewa. Arjuna terpesona melihat kecantikan Subhadra. Kresna tahu, bahwa Arjuna tertarik kepada Subhadra, lalu disuruh melarikannya. Setelah Arjuna berhasil melarikan Subhadra, Baladewa marah, merasa dihina oleh Arjuna. Kresna menahan kemarahan Baladewa. Dikatakannya bahwa Arjuna telah menebus emas kawin dengan kesaktiannya. Baladewa dan Kresna kalah sakti dan tidak akan menang melawan kesaktian Arjuna. Akhirnya Baladewa menyetujui perkawinan Arjuna dengan Subhadra. Perkawinan berlangsung di Dwarawati. Perkawinan mereka dianugerahi anak bernama Abhimanyu (Adiparwa: 202-205)
Kresna dan Arjuna membantu pembakaran hutan Khandawa. Setelah Kresna mengunjungi perkawinan Drupadi dengan Pandhawa, ia bersama Arjuna pergi berjalan-jalan menyusuri sungai Yamuna. Di tepi sungai itu mereka mengadakan pesta makan dan minum. Kemudian datanglah berahmana mengaku bernama Agni. Kresna dan Arjuna akan menjamu berahmana itu. Berahmana menolak untuk dijamu, ia minta bantuan Kresna dan Arjuna untuk membakar hutan Khandawa. Ia selalu gagal membakar hutan itu, karena dihalangi oleh dewa Indra yang bersekutu dengan naga Taksaka. Kresna dan Arjuna sanggup membantu, tetapi minta diberi senjata sakti. Berahmana memberi senjata yang mereka minta. Arjuna diberi panah Mahaksaya Mahesadi dan Sang Hyang Soma memberi tempat anak panah yang tidak pernah habis bila anak panah dilepaskannya. Ia diberi juga senjata Sanggacakra. Kresna diberi cakra Bajranabha, panah sakti bila dipanahkan anak panahnya kembali kepada pemanahnya. Sebuah gada Komodaki diberikan kepada Kresna untuk kelengkapan senjatanya. Mereka berdua telah siap, Sang Hyang Agni mulai membakar hutan Khandawa. Sang Hyang Indra berusaha memadamkan kobaran api. Sang Hyang Yama, Baruna, Waisrawana, Aswino, Dhata, Twasta, Angsa, Mrtya, Aryana, Mitra, Pusa, dan Bhaga membantu usaha Hyang Indra. Mereka beradu kesaktian senjata dengan Kresna dan Arjuna. Kemudian didengar suara yang mengatakan bahwa naga Taksaka sudah meninggalkan hutan Khandawa dan bertempat di Kuruksetra. Biarlah Kresna dan Arjuna menjaga Hutasana penjelmaan Narayana.
Sang Hyang Indra dan para dewa meninggalkan hutan Khandawa. Sang Hyang Agni dengan bebas membakar hutan seisinya. Maya anak Wiswakarma minta hidup kepada Kresna. Kresna pun memberi hidup kepada Maya karena ia tidak pernah membunuh orang yang minta hidup kepadanya. Arjuna menolong naga Aswasena. Empat ekor burung puyuh bebas dari kobaran api.
Dalam cerita Bharatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kresna berpihak kepada Pandawa. Sebelum perang terjadi Kresna diminta bantuannya oleh Pandawa untuk mengusulkan agar Suyodhana mau membagi dua kerajaan Hastina. Kresna pun menyanggupinya, lalu berangkat dari Wirata menuju ke Hastina, dihantar oleh Satyaki. Setiba di Kuruksetra kresna berrtemu dengan Parasurama, Kanwa, Janaka dan Narada. Mereka berempat akan membantu Kresna. Mendengar berita kedatangan Kresna di Hastina, Dhrestarastra menyuruh agar orang-orang menghias jalan dan menebarkan kain-kain indah. Bhisma berseru agar rakyat menyambut kedatangan Kresna dengan ramah tamah.
Anjuran itu disanggah Sakuni, Karna dan Suyodhana. Mereka menganggap Kresna berpihak kepada Pandawa. Kedatangan Kresna disambut dengan enam rasa makanan lezat dan bunyi tabuh-tabuhan yang amat merdu. Kresna tidak datang di tempat raja Suyodhana, tetapi menuju tempat Dhrestarastra. Di tempat itu Kresna bertemu dengna Drona, Bhisma, Krepa, Salya, Widura, Karna dan Dhrestarastra. Kresna dijamu bermacam-macam makanan lezat, emas dan manikam. Kemudian Suyodhana datang bersama pembawa makanan jamuan untuk Kresna. Kresna menolak jamuan Suyodhana sebab tujuan kedatangan dan perundingan belum tercapai. Suyodhana marah atas sikap Kresna yang menolak jamuannya. Kresna meninggalkan tempat pertemuan, diantar Widura menuju ke tempat tinggal Kunti. Kunti amat gembira menerima kedatangan Kresna sebagai wakil Pandawa. Widura sepaham dengan rencana Kresna. Suyodhana kecewa, lalu berunding dengan Dusasana, Sakuni dan Karna. Karna membakar hati warga Korawa supaya benci kepada Kresna yang berpihak kepada Pandawa.
Suyodhana minta agar Widura memanggil Yuyutsu, Krepa, Sakuni, Karna dan raja-raja sekutunya, kemudian minta kehadiran Kresna. Para dewa yang menjelma sebagai resi datang menghadiri perundingan. Kresna membuka perundingan dengan memandang Dhrestarastra. Ia berkata kepada Suyodhana, ia atas nama Pandawa minta separo kerajaan Hastina, Dhrestarastra setuju dan menerima permintaan Kresna. Suyodhana diam dan berpaling kepada Dusasana, Sakuni dan Karna. Mereka bertiga bergeleng kepala, pertanda tidak setuju. Ramaparasu, Kanwa, Narada dan Janaka berpihak kepada usul Kresna. Drona dan Bhisma menyetujui usul Kresna demi kebahagiaan bersama. Widura dan Sanjaya ikut menyetujuinya, demikian juga permmaisuri Dhrestarastra.
Suyodhana menolak usul Kresna, bahkan mengusir Kresna untuk meninggalkan tempat perundingan. Raja Hastina menyuruh Karna, Sakuni dan Dusasana untuk bersiap-siap menyerang Kresna. Mereka bertiga mempersiapkan prajurit Korawa. Dhrestarastra dan permaisuri berusaha membujuk Suyodhana, tetapi tidak termakan nasihatnya. Bahkan semakin berkobar kemarahannya.
Satyaki memberi tahu, bahwa prajurit Korawa telah siap menyerang Kresna, tetapi prajurit Yadu telah siap melawannya.
Kresna meninggalkan tempat perundingan, lalu berdiri di halaman, bertiwikrama membesarkan diri sebesar Kalamretyu, menundukkan bahwa ia jelmaan dewa Wisnu. Kresna yang dahsyat itu melangkah dan menyerang seperti singa. Bumi bergetar hebat, orang Korawa cemas ketakutan. Karna menjadi pucat, Suyodhana, Yuyutsu dan Wikarna jatuh pingsan. Drona, Bhisma dan Narada menghadap Kresna, minta agar berhenti marah dan minta kedamaian dunia. Bila Korawa hancur, tidak akan terpenuhi idam-idaman Bhima, Dropadi tidak akan bersanggul jika tidak jadi mandi darah warga Korawa. Redalah kemarahan Kresna, kembali ke wujud semula.
Kresna dalam Pewayangan(Jati Diri Kepemimpinan Kresna)
Di tengah medan pertempuran Baratayuda Kresna menasihati Harjuna
agar menuntaskan peperangan walaupun harus menghadapi saudaranya.
Nasihat tersebut lebih dikenal dengannama Bagawadgita.
(lukisan tinta di atas kertas tahun 2006 karya Herjaka HS)
Kresna kembali menemui Kunthi, melapor hasil perundingan, bahwa Suyodhana menginginkan perang. Kunthi berpesan agar Kresna menyuruh Pandhawa untuk melakukan kewajiban sebagai Pahlawan dan mempertaruhkan jiwanya. Kresna minta pamit, diantar oleh Widura, Sanjaya dan Yuyutsu. Karna mengikutinya. Kresna membujuk agar Karna berpihak kepada Pandawa, tetapi Karna menolaknya. Karna ingin mengukur kesaktian melawan Arjuna. Kemudian Karna minta pamit, berjanji akan bertemu di medan perang.
Kresna kembali ke Wirata, memberi tahu hasil perundingannya dengan Suyodhana. Pandawa bersiap-siap untuk berperang.
(Bharatayudha Z.II.8-16 s.d Z.III.1-18)
Cerita kematian Kresna dimuat dalam cerita Mosalaparwa, suku Wresni dan Yadu musna dalam perang saudara. Pokok cerita itu demikian : Bagawan Wisawamitra, Kanwa dan Narada berkunjung ke Dwarawati. Mereka dilihat oleh suku Yadu. Sarana dan Samba datang menghadap. Samba berhias dan berdansa seperti wanita, mengaku isteri Babhru, minta agar dianugerahi anak. Sang Bagawan berkata, bahwa mereka berdua menghina para bagawan. Dikatakannya, bahwa isteri Babhru itu sebenarnya adalah Samba anak Kresna. Sang bagawan mengutuk, suku Yadu akan mati oleh gada yang lahir dari kandungan perut Samba. Baladewa dan Kresna tidak akan ikut mati, mereka tidak bersalah, Kresna akan mati oleh si Jara, Baladewa akan mati masuk ke samodera. Setelah mengutuk para bagawan itu meninggalkan Dwarawati. Orang-orang Yadu gelisah, memberitahu kepada Kresna, tetapi Kresna tenang saja, tidak mau berusaha membebaskan kutukan itu.
Gada besi lahir dari perut Samba. Gada diberikan kepada Ugrasena. Ugrasena mengikirnya, serbuk besi dibuang ke samodera. Serbuk besi tumbuh menjadi gelagah dan rumput, hidup subur di sepanjang pantai.
Ketika terjadi perang saudara di tubuh suku bangsa Wresni dan Yadu, mereka menggunakan gada yang berasal dri gelagah itu. Perang dahsyat itu menyebabkan suku Wresni dan Yadu musnah. Samba, Pradyumna, Carudesna, Aniruddha meninggal dunia. Kresna bersama Babhru dan Daruki mencari Baladewa. Mereka melihat Baladewa duduk bersandar pada pohon, melakukan yoga, Naga putih bermulut merah keluar dari mulut Baladewa.Taksaka, Kumuda, Sundarika, Hrada dan Durmukha menyongsong mereka, terutama sang Baruna. Kemudian mereka masuk kembali ke dasar bumi. Kresna bertemu dengan maharaja Basudewa dan Rohini. Karena suku Wresni telah musnah, Kresna minta diri pergi ke permandian Prabhasa. Ia melihat bangkai orang-orang suku Wresni berserakan. Kresna bersedih lalu pergi masuk ke hutan, tidur pada pohon, berbuat yoga. Tiba-tiba Jara anak raja Basudewa, adik Kresna datang memburu binatang. Kresna dilihat oleh Jara, dikira binatang, lalu dipanahnya. Kresna berubah menjadi Wisnumurti. Jara menangis memeluk kaki sang Kesawa, kemudian ikut naik ke sorga. Para bidadara dan bidadari menyambut kedatangan Wisnu ( Mosalaparwa, dalam sekar sumur 1958: 112 – 117).
Kresna dalam Pewayangan
Cerita Kresna dalam Pewayangan merupakan perkembangan cerita Kresna yang berasal dari cerita di India lewat perkembangan cerita Jawa kuna. Kresna sebagai tokoh simbolik bagi manusia, maka cerita kehidupannya disesuaikan dengan kehidupan manusia sebenarnya. Yaitu mengenai kelahiran, perkawinan dan masalah hidup dan kehidupannya. Demikian juga tokoh Kresna, ia juga diangkat sebagai tokoh seperti manusia, dan ia termasuk tokoh penting dan banyak mendapat perhatian dari masyarakat pecinta pewayangan.
Dalam bab ini akan dimuat cerita Kresna mengenai kelahiran, perkawinan dan cerita lan yang menampilkan Kresna sebagai tokoh utama. Cerita bersumber pada cerita pewayangan yang banyak dipentaskan lewat pertunjukan wayang kulit, dan telah didokumentasikan dalam bentuk cerita pakem pewayangan atau dalam bentuk ringkasan isi, sekedar menjadi bahan ulasan dalam peneletian ini.
Cerita Kelahiran Nayarana
Nayarana adalah nama lain dari Kresna. Biasanya nama Nayarana dikenakan pada diri Kresna ketika ia masih muda atau jejaka. Di bawah ini cerita kelahiran Nayarana yang dimuat dalam Serat Kandhaning Ringgit Purwa dan cerita lakon yang berjudul Wisnu Nitis. Dalam cerita tersebut dikisahkan, Darmayona raja di negara Ngambarretna mempunyai anak perempuan cantik rupawan, bernama Ugraini. Kecantikan Ugraini termashur di negara sekeliling, maka banyak raja yang ingin memperisterinya. Di antaranya raja Darmaji dari kerajaan Ngindratma. Raja Darmaji telah mengajukan surat lamaran. Lamaran raja Darmaji diterima. Ugraini diserahkan kepadanya, bila pelamar dapat menyerahkan Mahkota Bathara Rama yang sekarang dimiliki oleh raja Ditya Kresna, raja di kerajaan Dwarawati.
Raja Darmaji telah menerima syarat permintaaan raja Darmayona. Raja itu lalu akan berusaha mencarinya. Raja Darmayona pergi ke pertapaan Repat kepanasan menemui Bagawan Anipita, menanyakan titisan Bathara Rama yang lahir di Marcapada. Raja mengharap anak perempuannya diperisteri oleh titisan Bathara Rama. Bagawan Anipita mempunyai anak angkat bernama Badraini. Sang bagawan pernah memperoleh petunjuk dewa, bahwa kelak Badraini akan melahirkan anak titisan Bathara Rama. Ia ingin menyerahkan Badraini kepada Basudewa untuk diperisterikannya. Keinginan itu dikatakan kepada raja Darmayona.
Darmayona ingin menyerahkan anaknya pula. Bagawan Anipita dan raja Darmayona bersama-sama pergi ke Mandura. Mereka menghadap raja Basudewa, dan menyampaikan keinginan mereka.
Ugraini dan Badraini diserahkan kepada raja Basudewa. Raja Basudewa menerima dengan senang hati, mereka berdua diperisterinya.
Langganan:
Postingan (Atom)